:: Jatuh cinta itu mudah. Tapi bagaimana mempertahankannya? :: Banyak sekali kasus perceraian yang terjadi saat ini padahal baru menikah baru beberapa tahun. Padahal sebelum menikah sudah berpacaran bertahun-tahun lamanya. Tapi entah mengapa saat menikah, semuanya seperti menguap. Cerita indah masa-masa pendekatan dan saling tergila-gila satu sama lain lenyap begitu saja ketika justru komitmen pernikahan sudah diikrarkan. Penyebabnya tentu banyak hal. Bisa karena kehadiran orang ketiga, perbedaan prinsip atau yang sering digadang-gadangkan alasan tidak adanya kecocokan. Atau karena masalah-masalah klise yang dianggap menjadi puncak kekecewaan terhadap pasangan. Ini yang saya garis bawahi. Tidak ada kecocokan lalu kenapa dulu memutuskan menikah? Ketika akhirnya hadir seorang anak, dan baru menemukan tidak ada kecocokan? Setelah bertahun-tahun pacaran apakah selama itu ada kecocokan? Jika sudah begini, impian membangun rumah tangga hingga akhir hayat hanyalah mimpi belaka. Tak ada lagi cinta, tak ada lagi gelora. Melihat pasangan seperti melihat orang yang harus segera dijauhi. Bahkan lebih cepat lebih baik. Inikah nilai pernikahan yang terjadi sekarang? Menjadikan janji suci sebagai penghalal sebuah hubungan. Atau dari kita yang memang tidak bisa berkomitmen sepanjang masa. Sehingga ketika ada ikatan, seperti terkurung dari sebuah kata bernama kebebasan. Merasa hilangnya hal-hal privasi dan terganggunya kehidupan pribadi. Mari kita telaah lagi apa yang terjadi dengan diri kita. Pernikahan seyogyanya menjadi ladang ibadah yang seharusnya dapat memberi rasa aman dan nyaman untuk keduanya. Bertanyalah pada diri sendiri. Apa tujuan kita menikah. Apa tujuan kita berumah tangga. Apa tujuan kita memilih seseorang untuk menemani hari-hari tua kita. Apa tujuan kita memiliki keturunan. Jika kita sudah menemukan jawabannya, kita akan tahu bahwa pernikahan memberi kita banyak pelajaran. Yaitu berlajar bertanggung jawab dengan keputusan yang kita ambil. Belajar bertanggung jawab menjadi pasangan yang baik. Belajar bertanggung jawab menjadi orangtua. Serta belajar bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri agar menjadi individu yang lebih baik. Yah, bertanggung jawab. Terdengar mudah tetapi saat dijalani terasa sulit. Menjalani pernikahan dan tetap mencintai pasangan tanpa ada rasa yang berubah menjadi sulit dilakukan. Ketika kita terlalu membuat sebuah ekspektasi berlebih pada pasangan. Saat itulah muncul rasa kecewa, karena kenyataan tidak pernah berbanding lurus dengan harapan yang kita impikan. Akhirnya saling menyalahkan, saling mempertahankan argumen dan kemudian berpisah. Ironis memang, tetapi itulah yang terjadi tanpa kita sadari. Jika sudah begini, hanya keyakinan untuk tetap menjalani pernikahan dengan sebaik mungkin. Mencoba untuk saling memaafkan. Menerima dengan sebaik-baiknya kekurangan diri dan kekurang pasangan. Kemudian berusaha untuk tidak terlalu berharap situasi berubah dengan cepatnya. Tetapi semuanya dibutuhkan proses, yaitu proses menerima, bersyukur dan mendengarkan satu sama lain. Please Like and Share !! Jika anda ingin beli berbagai produk kecantikan & kesehatan seperti baju pelangsing dengan harga murah dan terpercaya? Beli aja di sini!
Sunday, December 20, 2015
Jual Grosir Ecer Harga Termurah | :: Jatuh cinta itu mudah. Tapi bagaimana mempertahankannya? :: Banyak sekali kasus perceraian yang terjadi saat ini padahal baru menikah baru beberapa tahun. Padahal sebelum menikah sudah berpacaran bertahun-tahun lamanya. Tapi entah mengapa saat menikah, semuanya seperti menguap. Cerita indah masa-masa pendekatan dan saling tergila-gila satu sama lain lenyap begitu saja ketika justru komitmen pernikahan sudah diikrarkan. Penyebabnya tentu banyak hal. Bisa karena kehadiran orang ketiga, perbedaan prinsip atau yang sering digadang-gadangkan alasan tidak adanya kecocokan. Atau karena masalah-masalah klise yang dianggap menjadi puncak kekecewaan terhadap pasangan. Ini yang saya garis bawahi. Tidak ada kecocokan lalu kenapa dulu memutuskan menikah? Ketika akhirnya hadir seorang anak, dan baru menemukan tidak ada kecocokan? Setelah bertahun-tahun pacaran apakah selama itu ada kecocokan? Jika sudah begini, impian membangun rumah tangga hingga akhir hayat hanyalah mimpi belaka. Tak ada lagi cinta, tak ada lagi gelora. Melihat pasangan seperti melihat orang yang harus segera dijauhi. Bahkan lebih cepat lebih baik. Inikah nilai pernikahan yang terjadi sekarang? Menjadikan janji suci sebagai penghalal sebuah hubungan. Atau dari kita yang memang tidak bisa berkomitmen sepanjang masa. Sehingga ketika ada ikatan, seperti terkurung dari sebuah kata bernama kebebasan. Merasa hilangnya hal-hal privasi dan terganggunya kehidupan pribadi. Mari kita telaah lagi apa yang terjadi dengan diri kita. Pernikahan seyogyanya menjadi ladang ibadah yang seharusnya dapat memberi rasa aman dan nyaman untuk keduanya. Bertanyalah pada diri sendiri. Apa tujuan kita menikah. Apa tujuan kita berumah tangga. Apa tujuan kita memilih seseorang untuk menemani hari-hari tua kita. Apa tujuan kita memiliki keturunan. Jika kita sudah menemukan jawabannya, kita akan tahu bahwa pernikahan memberi kita banyak pelajaran. Yaitu berlajar bertanggung jawab dengan keputusan yang kita ambil. Belajar bertanggung jawab menjadi pasangan yang baik. Belajar bertanggung jawab menjadi orangtua. Serta belajar bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri agar menjadi individu yang lebih baik. Yah, bertanggung jawab. Terdengar mudah tetapi saat dijalani terasa sulit. Menjalani pernikahan dan tetap mencintai pasangan tanpa ada rasa yang berubah menjadi sulit dilakukan. Ketika kita terlalu membuat sebuah ekspektasi berlebih pada pasangan. Saat itulah muncul rasa kecewa, karena kenyataan tidak pernah berbanding lurus dengan harapan yang kita impikan. Akhirnya saling menyalahkan, saling mempertahankan argumen dan kemudian berpisah. Ironis memang, tetapi itulah yang terjadi tanpa kita sadari. Jika sudah begini, hanya keyakinan untuk tetap menjalani pernikahan dengan sebaik mungkin. Mencoba untuk saling memaafkan. Menerima dengan sebaik-baiknya kekurangan diri dan kekurang pasangan. Kemudian berusaha untuk tidak terlalu berharap situasi berubah dengan cepatnya. Tetapi semuanya dibutuhkan proses, yaitu proses menerima, bersyukur dan mendengarkan satu sama lain. Please Like and Share !!
Labels:
Elumor,
Murah,
Pelangsing
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment